Translate

Thursday, October 22, 2015

TUGAS 2


Ucapan dan Ejaan dalam Bahasa Indonesia


Dalam bahasa Indonesia ada dikenal dua hal yang saling berkaitan yaitu Ucapan dan Ejaan.Dua hal ini merupakan hal yang berbeda namun memiliki keterkaitan yang sangat kuat diantara satu sama lainnya.Berikut apabila kedua hal tersebut kita jabarkan :

Ucapan
Menurut definisinya Ucapan merupakan suatu kaedah berkomunikasi secara lisan .Pada orang Indonesia sendiri , Bahasa Indonesia kebanyakan merupakan bahasa kedua bagi mereka.Bahasa Indonesia yang dimaksud disini merupakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagaimana mestinya serta sesuai dengan aturan aturannya.

Mengapa dikatakan bahasa kedua ?

Penyebabnya tidak lain adalah budaya / bahasa bahasa daerah asal dari masing masing individu itu sendiri.Bahasa Indonesia yang mereka ucapan merupakan hasil dari percampuran Bahasa Indonesia dengan bahasa daerah mereka.Cara mengetahuinya adalah cara berbahasa(logat) orang tersebut berbicara dan biasanya terdapat beberapa kata yang bukan merupakan Bahasa Indonesia dalam ucapannya. Hal ini akan dibahas pada bagian Ejaan.

Ejaan
Secara sederhana , Ejaan sendiri dapat dikatakan sebagai Ucapan namun dalam bentuk tulisan. Dalam Bahasa Indonesia sendiri terdapat beberapa aturan dalam penulisan Ejaan. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan Ejaan dalam Bahasa Indonesia.

1.      Penulisan Huruf Kapital
·         Digunakan untuk mengawali kalimat yang baru
Contohnya : Danau itu sangat ramai dikunjungi warga sekitar.
·         Digunakan untuk menulis yang berkaitan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci
Contohnya : Segala sesuatu telah diatur oleh-Nya (Nya mewakilkan Tuhan).
·         Digunakan dalam penulisan nama orang , gelar , atau keagamaan
Contohnya : Agus Budi , Presiden Soekarno,  Sultan Ageng Tirtayasa
·         Digunakan dalam penulisan nama jabatan , Kota , Negara , Kabupaten , dsb
Contohnya : Presiden Republik Indonesia , Gubernur DKI Jakarta
·         Digunakan dalam penulisan nama lembaga
Contohnya : Universitas Gunadarma , Komisi Penyiaran Indonesia
·         Digunakan dalam penulisan nama orang yang diwakilkan dengan kata kata kekerabatan
Contohnya : Ayah , Ibu , Kakek , Nenek , Kakak , dsb

2.      Penulisan Huruf Tebal
·         Digunakan dalam penulisan judul buku atau majalah
Contohnya : Pedoman Berbahasa Indonesia , 1001 Fakta Ilmu Psikologi

3.      Penulisan Huruf Miring
·         Digunakan dalam penulisan kata kata ilmiah
Contohnya : “nama latin dari Gajah Asia adalah elephas maximus”.

4.      Penulisan Partikel dan Awalan
·         Partikel dibagi menjadi 2 jenis yaitu yang dirangkaikan (kalimatnya digabungkan) atau tidak dirangkaikan (kalimatnya dipisah)
·         Untuk yang dirangkaikan terdapat beberapa awalan antara lain :
-          Antar- , Contoh : Antarpulau , Antarkota , Antarbangsa
-          Maha- , Contoh : Mahasiswa,MahaKuasa,Mahaguru
-          Adi-, Contoh : Adikuasa,Adidaya,Adibusana
-          Pra-, Contoh : Prasejarah,Prasejahtera,    dan sebagainya,

·         Untuk yang tidak dirangkaikan menggunakan awalan Maha- , namun kata sambungnya sudah merupakan kata bentukan dari kata dasar sebelumnya.
Contohnya : Maha Pemurah , Maha Pengasih , Maha Mengetahui.

5.      Penulisan Bilangan
·         Untuk jumlah dalam kalimat percakapan , biasanya bilangan ditulis dengan huruf , namun untuk menyatakan jumlah pasti seperti harga barang biasanya bilangan ditulis dengan angka.
Contoh : “Ibu aku mau membeli lima butir permen” (dengan huruf)
                “Total belanjaan bulan ini sebesar Rp 1.500.000,-“ (dengan angka)
·         Untuk penulisan di dalam data atau grafik , bilangan wajib ditulis dengan angka. Apabila disertai dengan huruf biasanya dibatasi dengan tanda kurung.
Contoh : Rp 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah)
·         Untuk penulisan waktu ditulis menggunakan angka dengan format jam.menit.detik , namun untuk detik jarang digunakan dan hanya digunakan pada beberapa materi.

6.      Tanda Baca
·         Tanda titik ( . )
-          Digunakan untuk mengakhiri suatu kalimat.
-          Digunakan untuk pemisah gelar ( Contoh : S.H , S.E , S.Pd , dll)
-          Dalam beberapa artikel diketahui juga digunakan dalam daftar pustaka yang rujukannya menggunakan sistem rujukan tahun dan halaman.

·         Tanda koma ( , )
-          Digunakan sebagai jeda dalam pengucapan kalimat.
-          Digunakan untuk kata yang dihubungkan dengan kata tetapi atau namun ataupun melainkan (Contoh : Dia anak pintar,tetapi sangat angkuh)
-          Digunakan sebagai pemisah bermacam macam kata yang serupa maknanya dalam suatu kalimat (Contoh : Rotinya ada rasa coklat,vanilla,keju,dan mocca)
-          Digunakan sebagai pembatas antara kalimat artikel dengan kalimat langsung ( Contoh : Dudi berkata,”Ibu aku mau berangkat ke sekolah”).

·         Tanda titik koma ( ; )
-          Digunakan untuk memisahkan kalimat kalimat dalam suatu perincian
-          Dalam surat keputusan banyak digunakan untuk membatasi kalimat kalimat yang merupakan bagian dari konsideransi dan bagian dari isi putusan itu sendiri.

·         Tanda titik dua ( : )
-          Digunakan pada kalimat yang mengandung beberapa anggota atau bagian yang diwakilkan dengan kata “ misalnya :” , “contohnya :´, atau “sebagai berikut :”
-          Banyak digunakan dalam kalimat berbentuk formula seperti biodata , atau pada surat surat , atau keanggotaan organisasi
(contohnya :
Nama         :
Kelas         :
Jabatan      : )

·         Tanda petik ( “ ” )
-          Digunakan untuk menunjukkan suatu kalimat unik / kata khiasan yang memiliki arti lain dari kalimat sebenarnya (Contoh : Di dekat rumahku dibangun sekolah “luar biasa” , Hidupnya sebagai “kupu-kupu” malam telah berakhir)

·         Tanda strip/hubung ( - )
-          Digunakan pada kata yang berulang ulang
-          Digunakan sebagai pemisah tanggal-bulan-tahun
-          Digunakan sebagai penghubung kalimat dengan angka ( Contoh : Hari ini hari ulang tahunku ke-19)
-          Digunakan sebagai penghubung huruf capital ke huruf kecil (diluar hukum huruf capital pada awal kalimat) (Contoh : Hanya kepada-Nya lah kita patut menyembah)
-          Digunakan sebagai kalimat jangkauan atau sampai dengan pada jumlah (Contoh : Tugas minggu ini ada pada halaman 20 – 22 )



Berikut beberapa uraian singkat mengenai Ucapan dan Ejaan yang terdapat pada Bahasa Indonesia , mudah mudahan dapat bermanfaat dan menjadi tambahan ilmu baru bagi pembaca untuk dapat lebih memahami lagi cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar.



DIKSI (PILIHAN KATA)
Jika kita menulis atau berbicara, kita itu selalu menggunakan kata. Kata tersebut dibentuk menjadi kelompok kata, klausa, kalimat, paragraph dan akhirnya sebuah wacana.
Di dalam sebuah karangan, diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi yang bertalian dengan ungkapan-unkapan individu atau karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang tinggi.

Definisi Diksi

Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Diksi  atau Plilihan kata mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
 
Fungsi Diksi

Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.


Manfaat Diksi
1. Dapat membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif, bersinonim dan hapir bersinonim, kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
2. Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri fan juga kata yang mengutip dari orang yang terkenal yang belum diterima dimasyarakat. Sehingga dapat menyebabkan kontroversi dalam masyarakat.

Contoh Kalimat Diksi
·         Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaaan masyarakat
·         Dia adalah wanita cantik (denotatif)
·         Dia adalah wanita manis (konotatif)
·         APBN RI mengalami kenaikan lima belas persen (kata konkrit)
·         Kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak

Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok, yakni: masalah makna dan relasi makna :

•     Makna sebuah kata / sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu :

1.    Makna Leksikal :  makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita. Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).

2.  Makna Gramatikal : untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku yg bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna “banyak buku”.

3.  Makna Referensial dan Nonreferensial : Makna referensial & nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata bermakna referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata bermakna nonreferensial kalau tidak memiliki referen. Contoh: Kata meja dan kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial).


3.      Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran badannya normal.  Makna konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.

       
e.      Satuan semantic
Seperti pada banyak bentuk bebas yang minimal yang disebut di atas ini, metode ini memilah-milah kalimat ke dalam kesatuan-kesatuan semantiknya yang paling kecil. Tetapi, bahasa sering memuat kata yang mempunyai nilai semantik kecil (dan sering memainkan peran yang lebih gramatikal), atau kesatuan-kesatuan semantik yang adalah kata majemuk.
Dalam prakteknya, para ahli bahasa menggunakan campuran semua metode ini untuk menentukan batas kata dalam kalimat. Namun penggunaan metode ini, definisi persis kata sering masih sangat sukar ditangkap.

Struktur Leksikal
Struktur leksikal adalah bermacam-macam relasi semantic yang terdapat pada kata.
Struktur leksikal , antara lain ; sinonim, polisemi, homonym, hiponim, dan antonym.
a.      Sinonim ; memilki makna yang sama.
 Contoh Sinonim :
- binatang = fauna
- bohong = dusta
- haus = dahaga
- pakaian = baju
- bertemu = berjumpa
- buruk = jelek
- bunga = kembang
- mati = wafat
- hulubalang = komandan
- aku = saya
- melihat = melirik
b.      Polisemi ; suatu kata yang mempunyai makna lebih dari satu.
 Contoh Polisemi :
 Misalnya : “ Kepala”
-          Guru yang dulunya pernah menderita cacat mental itu sekarang menjadi kepala
sekolah smp kroto emas (kepala berarti pimpinan).
-         Kepala anak kecil itu besar sekali karena terkena penyakit hidrosepalus (kepala
berarti bagian tubuh manusia yang ada di atas).
-         Tiap kepala harus membayar upeti sekodi tiwul kepada ki joko cempreng (kepala
berarti individu).
c.   Homonin ; kata yang bentuk penulisan dan pengucapannya sama tetapi artinya  berbeda.
Contoh Homonimi :
Misalnya, antara kata bisa yang berarti ‘ racun ular’ dan kata bisa yang berarti ‘ sanggup’.
d.  Hiponim ; relasi antar kata yang yang berwujud ats-bawah , atau dalam suatu makna  terkandung sejumlah makna yang lain.
e.     Antonim ; makna yang wujud logisnya sangat berbedda dan betentangan.    
Contoh Antonimi :
- Kata hidup dan mati
- Kata besar dan kecil
- Kata suami dan istri
- Kata keras dan lembek
- Kata naik dan turun
- Kata kaya dan miskin
- Kata surga dan neraka
- Kata laki-laki dan perempuan
- Kata atas dan bawah



KALIMAT EFEKTIF, CIRI – CIRI, DAN CONTOH KALIMAT EFEKTIF

Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!). Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat. Disini, kalimat dibagi menjadi dua, yaitu :
Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian efektif dalam kalimat adalah dan ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu pula. Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa :
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)

2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:2001)

3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)

4. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)

5. Kalimat efektif di pahami sebagai sebuah kalimat yang dapat membantu menjelaskan sesuatu persoalan secara lebih singkat jelas padat dan mudah di mengerti serta di artikan. (ARIF HP: 2013)

    Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.

Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut:
1.secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

Ciri-Ciri Kalimat Efektif :

1. KESATUAN GAGASAN
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan).

2. KESEJAJARAN
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.

Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

3. KEHEMATAN
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.

4. PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
• Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
• Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
• Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
• Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.

5. KELOGISAN
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.

Contoh kalimat efektif :
1. Saran yang di kemukakannya kami akan pertimbangkan ( tidak efektif )
Seharusnya : Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
2. Sejak dari pagi dia bermenung ( tidak efektif )
Seharusnya : Sejak pagi dia bermenung.



sumber:
http://trideaps.blogspot.co.id/2014/10/ucapan-dan-ejaan-dalam-bahasa-indonesia.html
http://teorikux.blogspot.co.id/2013/10/diksi-pilihan-kata.html
https://taufikhidayatzein.wordpress.com/2013/11/05/kalimat-efektif-ciri-ciri-dan-contoh-kalimat-efektif/
http://xxx-myzoners.blogspot.co.id/2013/01/pilihan-kata-diksi.html

Friday, October 9, 2015

Ragam dan Laras Bahasa (TUGAS1)


Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian,yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan,menurut hubungan pembicara,kawan bicara,orang yang dibicarakan,serta menurut medium pembicara (Bachman,1990).
Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi),yang biasa digunakan di kalangan terdidik,di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan),di dalam suasana resmi,atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Macam-Macam Ragam Bahasa
Ragam bahasa dibagi 3: berdasarkan media,cara pandang penutur,dan topik pembicaraan.
  • Ragam bahasa berdasarkan media
  • Ragam bahasa lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat.Namun hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya.Walaupun demikian ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan kalimat dan unsur-unsur didalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicara menjadi pendukung didalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicara lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicara lisan dalam situasi tidak formal atau santai.jika ragam bahasa dituliskan,ragam bahasa itu tidak bisa disebut ragam bahasa tulis,tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan.Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak  menunjukan ciri-ciri ragam tulis,walaupun direalisasikan dengan tulisan,ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing adapun ciri dari keduanya:
Ciri-ciri ragam lisan:
–          Memerlukan orang kedua/teman bicara.
–          Tergantung kondisi,ruang,dan waktu.
–          Tidak harus memperhatikan gramatikal,hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
–          Berlangsung cepat
  1. Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulisan makna kalimat yang diungkapkan nya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu,penggunaan ragam baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan dalam pemilihan kata,penerapan kaidah ejaan,struktur bentuk kata dan struktur kalimat,serta kelengkapaan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ciri-ciri ragam tulis:
–          Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
–          Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
–          Harus memperhatikan unsur gramatikal;
–          Berlangsung lambat;
–          Selalu memakai alat bantu;
–          Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
–           Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka,hanya terbantu dengan tanda    baca.
Contohnya: “Saya sudah membaca buku itu”.
Perbedaan antara ragam lisan dan tulisan (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata) :
Tata Bahasa :
  1. Ragam bahasa lisan
1)      anto sedang baca koran.
2)      maya mau nulis surat.
3)      Tapi kau tak boleh menolak jabatan itu.
  1. Ragam bahasa tulisan.
1)      anto sedang membaca surat kabar.
2)      maya mau menulis surat.
3)      Namun,engkau tidak boleh menolak jabatan itu.
Kosa kata :
  1. Ragam bahasa lisan
1)      tyas bilang kalau kita harus bermain.
2)      Kita harus bikin karya tulis.
3)      Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
  1. Ragam bahasa tulisan
1)      tyas mengatakan bahwa kita harus bermain.
2)      Kita harus membuat karya tulis.
3)      Rasanya masih telalu muda bagi saya, Pak.
  1. Ragam bahasa berdasarkan cara pandang penutur
  2. ragam dialek
  3. ragam terpelajar
  4. ragam resmi
  5. ragam tak resmi.
Contoh:
Ragam dialek              : “Gue udah baca itu buku ”
Ragam terpelajar         : “Saya sudah membaca buku itu”
Ragam resmi               : “Saya sudah membaca buku itu”
Ragam tak resmi         : “Saya sudah baca buku itu”
  1. Ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan
  2. ragam bahasa ilmiah
  3. ragam hukum
  4. ragam bisnis
  5. ragam agama
  6. ragam sosial
  7. ragam kedokteran
  8. ragam sastra.
Ragam hukum             : Dia dihukum karena melakukan tindak pidana.
Ragam bisnis               : Setiap pembelian diatas nilai tertentu akan diberikan diskon.
Ragam sastra               : Cerita itu menggunakan flashback.
Ragam kedokteran      : Anak itu menderita penyakit kanker
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar,semi standar dan nonstandar.
  1. ragam standar,
  2. ragam nonstandar,
  3. ragam semi standar.
Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap.Akan tetapi,kemantapan itu tidak bersifat kaku.Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata,peristilahan,serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modern (Alwi, 1998: 14).
Perbedaan antara ragam standar,non standar,dan semi standar dilakukan berdasarkan :
  1. topik yang sedang dibahas
  2. hubungan antar pembicara
  3. medium yang digunakan
  4. lingkungan,atau
  5. situasi saat pembicaraan terjadi
Ciri yang membedakan antara ragam standar,semi standar dan nonstandar :
  • penggunaan kata sapaan dan kata ganti
  • penggunaan kata tertentu
  • penggunaan imbuhan
  • penggunaan kata sambung (konjungsi),dan
  • penggunaan fungsi yang lengkap
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam non standar yang sangat menonjol.Kepada orang yang kita hormati,kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak,Ibu,Saudara,Anda.Jika kita menyebut diri kita,dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku.Dalam ragam non standar,kita akan menggunakan kata gue.
Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar.Dalam ragam standar,digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu.Penggunaan imbuhan adalah ciri lain.Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.
Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri pembeda lain.Dalam ragam nonstandar,sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan.Kadang kala, kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat.
Contoh :
  • Ayah mengatakan,kita akan pergi besok
(1a) Ayah mengatakan bahwa kita akan pergi besok
Pada contoh (1) merupakan ragam semi standar dan diperbaiki contoh (1a) yang merupakan ragam standar.
Contoh :
(2) Mereka bekerja keras menyelesaikan pekerjaan itu
(2a) Mereka bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan itu
Kalimat (1) kehilangan kata sambung (bahwa),sedangkan kalimat (2) kehilangan kata depan (untuk).Dalam laras jurnalistik kedua kata ini sering dihilangkan.Hal ini menunjukkan bahwa laras jurnalistik termasuk ragam semi standar.
Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan non standar.Artinya,ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian.Dalam kalimat-kalimat yang non standar itu,predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang.Misalnya,Hai,Ida,mau ke mana?” “Pulang.” Sering kali juga kita menjawab “Tau.” untuk menyatakan ‘tidak tahu’.Sebenarnya,pembedaan lain,yang juga muncul,tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Masalahnya,pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis.
Pengertian Laras Bahasa
Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya,yang digunakan untuk suatu tujuan atau pada konteks sosial tertentu.
Setiap laras memiliki cirinya sendiri dan memiliki gaya tersendiri.Setiap laras dapat disampaikan secara lisan atau tulis dan dalam bentuk standar,semi standar,atau nonstandar.
  1. Macam-Macam Laras Bahasa
Macam-macam laras bahasa antara lain sebagai berikut :
  1. Laras ilmiah
  2. Laras sastra (puisi,cerpen,novel,dll.)
  3. Laras jurnalistik (berita,editorial,iklan,dll.)
  4. Laras hukum
  5. Laras kedokteran
Laras bahasa dapat digolongkan kepada dua golongan besar,yaitu laras biasa dan laras khusus.Laras biasa ialah laras khusus yang digunakan untuk masyarakat umum seperti bidang hiburan,pengetahuan,peneranagn,dan maklumat.
Laras khusus merujuk kepada kegunaan untuk khalayak khusus seperti ahli-ahli atau peminat dalam bidang tertentu dan pelajar-pelajar (rencana,laporan,buku).
Pembeda utama yang membedakan antara laras biasa dengan laras khsus ialah: kosa kata,tata bahasa,dan gaya.
  1. Laras Bahasa Biasa,
Laras biasa ialah laras khusus yang digunakan untuk masyarakat umum seperti bidang hiburan,pengetahuan,penerangan,dan maklumat.Kalimatnya sederhana,ringkas,dan padat.
Contoh : Dilarang menginjak rumput.
  1. Laras Bahasa Khusus
a.Laras Bahasa Perniagaan
Tujuannya untuk mempengaruhi atau membentuk tanggapan tertentu,atau mengubah sikap dan melakukan tindakan.Digunakan dalam iklan,tender,laporan,dan sebagainya.didukung pula oleh gambar,lukisan,grafik,ilustrasi,dan sebagainya.
b.Laras Akademik
Meliputi berbagai bidang seperti sains,teknologi,komunikasi,matematik,dan sebagainya yang terletak dalam ruang lingkup pendidikan.Dalam penulisan ilmiah,misalnya penulisan thesis, penulis perlu mengikut format tertentu seperti perlu ada catatan bibiliografi (rujukan),nota kaki di bawah muka surat atau nota hujungan di penghujung setiap bab.Menggunakan istilah-istilah yang khusus kepada bidang,dan biasanya perlu dihafal.Contohnya ialah fotosintesis,pecutan, mengawan, pendebungaan dan sebagainya.
c.Laras Bahasa Media
Berita sebagai wacana memiliki struktur teks yang tersendiri,lain dari struktur teks fiksi, dan lain pula dari struktur teks esai dan karya ilmiah.Wartawan atau penulis koran menggunakan bahasa untuk menjelaskan sesuatu menurut cara yang paling mudah diterima sesuai dengan selera sejumlah pembaca koran.
Tiga fitur penting yang harus ada dalam berita koran yang baik,pertama,bahasa yang digunakan mudah.kedua,gaya tulisan yang jelas dan ketuiga,isi tulisan harus akurat.Karena koran diterbitkan untuk masyarakat,maka bahasa koran haruslah sesuai dengan bahasa penggunaan orang-orang.Kalimat yang panjang,berisi beberapa klausa,menggunakan kutipan, metafora, kiasan, istilah teknik,dan sebagainya haruslah dihindari.
d.Laras Bahasa Satra
Memperlihatkan gaya bahasa yang menarik dan kreatif.Bahasanya dapat dalam bentuk naratif,deskriptif,preskriptif,dramatis,dan puitis.
Beberapa ciri bahasa sastra:
  • Kreatif dan imajinatif: mengandung arti
  • Mementingkan penyusunan, pengulangan, pemilihan kata
  • Puitis dan hidup: monolog,dialog,dan sebagainya.
  • Menggunakan bahas tersirat: perlambangan,kiasan,perbandingan,peribahasa,metafora,simile, , ilusi,ambigu,personifikasi,iguitas,dan sebagainya.
  • Ada penyimpangan tata bahasa atau manipulasi bahasa.
e.Laras Bahasa Agama
Berisi istilah agama dari bahasa Arab.Struktur ayatnya banyak dipengaruhi struktur bahasa Arab.Disisipkan dengan kutipan dari al-Quran dan hadis.
E.Fungsi Ragam dan Laras Bahasa
Secara umum fungsi ragam dan laras bahasa terbagi menjadi beberapa bagian :
Sebagai alat ekspresi diri
Pada awalnya seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan kehendaknya atau perasaannya pada sasaran  yang tetap,yakni ayah dan ibunya.Dalam perkembangannya, seorang anak tidak lagi menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendaknya, melainkan juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya.Setelah dewasa,seorang individu pun menggunakan bahasa sebagai alat ekspresi diri dan komunikasi.Seorang penulis pun mengekspresikan diri melalui tulisannya,sehingga karya ilmiah pun dapat disebut sebagai alat ekspresi diri.
Sebagai alat komunikasi
Komunikasi lebih spesifik dari pada ekspresi diri.Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.Dengan komunikasi pula kita dapat mempelajari dan mewarisi semua hal, baik yang pernah dicapai oleh orang-orang terdahulu ataupun orang-orang yang sezaman dengan kita.
Sebagai alat komunikasi,bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita,merefleksikan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan individu lainnya.Melalui bahasa,manusia dapat  mengatur berbagai macam kegiatan dan aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan bagaimana langkah terbaik untuk kedepannya.Ketika menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi,sebelumnya tentu sudah ada tujuan tertentu.  Pembicara ingin maksud dan gagasannya diterima oleh orang lain.Dengan kata lain pembicara ingin mempengaruhi orang lain dan ingin mereka membeli hasil pemikirannya.Oleh karena itu, maka si pembicara pun akan menggunakan bahasa yang sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan objek yang ia tuju.
Sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial
Selain sebagai salah satu unsur kebudayaan,bahasa memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka,mempelajari dan mengambil bagian serta pelajaran dari pengamalan tersebut,serta berkenalan dengan orang lain.Indonesia adalah bangsa yang majemuk,terdiri dari berbagai macam suku dan ras,begitu banayak pulau dan daerah.Tidak mungkin menyatukan keseluruhannya tanpa ada suatu rumusan metode,maka terbentuklah bahasa yang berfungsi dan terbukti sebagai alat pemersatu yang efektif.
Pada saat seseorang beradaptasi dengan lingkungan sosial disekitarnya,maka ia akan memilih bahasa yang tepat dan sesuai.Ia akan menggunakan bahasa yang berbeda,ia akan menggunakan bahasa yang tidak baku ketika sedang bersama teman-temannya,sebaliknya ia akan menggunakan bahasa yang formal ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya.
Sebagai alat kontrol sosial
Bahasa memiliki peran penting dalam memainkan peran sosial,baik itu dengan diterapkan pada diri sendiri ataupun orang lain.Berbagai informasi,pemberitaan ataupun pendidikan disampaikan melalui bahasa.buku-buku pelajaran dan buku-buku intruksi adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.Ceramah agama merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.Lebih jauh lagi,orasi ilmiah atau politik  juga termasuk dalam kontrol sosial.Begitu pula dengan iklan layanan masyarakat atau layanan sosial,itu semua adalah merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial.Singkatnya,hal-hal yang disebutkan diatas merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan arahan kepada masyarakat untuk memperoleh pandangan baru,sikap baru,perilaku dan tindakan yang baik.

Permasalahan berbahasa bermakna “hal yang menjadikan masalah, hal yang dipermasalahkan, atau persoalan menggunakan bahasa” (KBBI, 2003:719; 90). Untuk memberikan gambaran tentang permasalahan berbahasa atau permasalahan memakai bahasa dalam kondisi masyarakat seperti negara kita ini, saya memanfaatkan pendekatan sosiolinguistik karena permasalahan penggunaan bahasa memang termasuk ke dalam wilayah kajian sosiolinguistik, terutama jika pembahasannya menurut konteks sosial penggunaannya. Sosiolinguistik adalah studi bahasa yang membahas permasalahan utama bahasa dalam konteks sosial dan kebudayaan. Studi dengan pendekatan ini menghubungkan faktor-faktor kebahasaan, ciri-ciri, dan ragam bahasa dengan situasi serta faktor-faktor sosial dan budaya. Selain itu, sosiolinguistik merupakan studi tentang fungsi-fungsi sosial dan penggunaan bahasa dalam masyarakat.
Untuk pembahasan, sekurang-kurangnya, saya menyampaikan hal-hal berikut: (1) kedaan kebahasaan di Indonesia yang bilingualisme dan diglosia, termasuk bilingual dan bilingualitasnya); (2) komponen sosiolinguistik (SPEAKING) sebagai faktor dominan dalam berbahasa yang baik dan benar, (3) pemakaian dan pemakai bahasa jurnalistik sebagai register (laras bahasa) berikut ciri-cirinya, (5) dampak globalisasi terhadap sikap bahasa, (6) kualitas BI laras bahasa jurnalistik serta contoh kasusnya.
PENDAPAT RAGAM BAHASA INDONESIA 
Pengertian ragam bahasa menurut Bachman
Menurut Bachman (1990), “ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.”

Pengertian ragam bahasa menurut Dendy
Menurut Dendy Sugono (1999), “bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.”
Pengertian ragam bahasa menurut Fishman Ed
Menurut Fishman ed (1968), suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi panutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam pada itu perlu yang perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan.



https://fadjarsantosa.wordpress.com/2014/10/04/ragam-bahasa-indonesia-dan-perbedaan-ragam-bahasa-ilmiah-non-ilmiah-dan-semi-ilmiah/