Translate

Sunday, December 29, 2013

Tugas Softskill Semester 1


Jum’at, 20 Desember 2013
Tugas wawancara Soft skill


TUGAS WAWANCARA SOFT SKILL
Ini adalah tugas wawancara mata kuliah Soft Skill yang dibimbing oleh Bapak X Furuhito. Saya selaku mahasiswa Universitas Gunadarma Fakultas Ilmu Komputer  & Teknologi Informasi  Jurusan Sistem Komputer mewawancarai seorang pedagang makanan  atau warteg yang bernama


Nama Narasumber: Purwati
Tanggal Lahir: 22 April 1969
Daerah Asal: Paron, Ngawi, Jawa Timur


Dan saya sendiri pewawancara bernama
Nama : Arum Tiara Sari
Tanggal Lahir: 17 Juli 1994




Wawancara:
Saya:  selamat siang ibu, maaf saya mengganggu waktu anda.
Narasumber: selamat siang nak, Ada yang bisa ibu bantu?
Saya: Saya Arum Tiara Sari bu, dari Universitas Gunadarma ingin mewawancarai ibu mengenai seluk beluk kesuksesan yang ibu raih selama jualan makanan disini.
Narasumber : O… silahkan kebetulan ibu jugak gak sibuk ini.
Saya: baiklah ibu kita langsung saja kesesi pertanyaan yang pertama. Nama ibu siapa?
Narasumber:  Nama ibu Purwati.
Saya : Tempat Tanggal lahir ibu dimana?
Narasumber:  ibu lahir di Paron Ngawi Jawa timur ,  22 April 1969.
Saya: Saat ini profesi ibu apa?
Narasumber: Ibu berprofesi pedagang makanan atau warteg.
Saya: Kapan ibu pertama kali merantau ke Jakarta?
Narasumber: Ibu pertama kali kejakarta itu sejak tahun 1986.
Saya: Mengapa sih ibu memilih Jakarta sebagai tempat untuk merantau?
Narasumber:  Karena Jakarta itu lapangan kerjanya banyak, gitu …. Ya itukan maksudnya nomer satuya itu buat lapangan kerjanya ada ,..
Saya: Usaha apa yang ibu lakukan sejak pertama kali sampai saat ini dan  memutuskan untuk berjualan makanan?
 Narasumber:  Usahanya ibu pertama kali itu  bekerja di kosmetik  pada tahun 1986 dan  sebagai kariawan suasta tahun 1993 sampai 2009, dan tahun 2010 ibu berjualan  makanan disini.
Saya : Mengapa ibu memilih berjualan makanan ?
Narasumber: Karena jualan itu lebih enak, masalah capek itu sama aja namanya kerja ya capek, tapi kalau dipikirkan santay gitu loh,  dari pada kita kerja pabrik pusing enakan begini santai diotak santai dikantong hehe.
Saya: Berapa penghasilan ibu perhari berjualan makanan nasi saat ini ?
Narasumber: Penghasilan bersih ibu 150.000 per hari.
Saya: Ibu gunakan untuk apa dari hasil keuntungan ibu?
Narasumber: Untuk beli Mobil, biaya hiduplah  kan lebih  mahal. Alhamdulillah juga sudah bisa menguliahkan anak ibu. Yang sekarang ini kuliah di jawa timur.
Saya: Apa tujuan ibu untuk kedepannya?
Narasumber: Ya gak tau kan orang gak tau kedepannya harus gi mana yang penting satu  buat keperluan keluarga, keperluan  biaya anak kuliah kan gitu.
Saya: Apa kesan ibu selama berada di Jakarta ?
Narasumber: Ini enaknya apa yang gak enaknya?
Saya: Ya enaknya apa yang gak enaknya jugak gak papa ibu.
Narasumber:  Ya.. kalau enaknya puya duwit, kalau gak enaknya  ya gak puya duit, ya kalau hidup dimana aja gak puya duit ya ngemis, kiamat, ya kalu puya duit enak bisa beli apa aja dan bahagiain keluarga.
Saya :  Kendala apa yag ibu alami saat  kerja berjualan makanan ?
Narasumber:  Waktu kerja pahitnya kalau dapet kerjaan lebih banyak kayak dapet pesenan  lebih capek gitu….
Saya:  Apa yang ibu lakukan  ketika mendapatkan kendala tersebut?
Narasumber: Ya sabar aja mana bisa kita jalani kalau gak sabar, dapet kerjaan susah atau gak tetep sabar, karena kan udah di niati kerja,.
Saya: Terimakasih ibu sudah mau memberikan waktunya  dan saya doakan semoga tambah sukses.


Demikian tugas wawancara saya dan foto-foto saya bersama pedagang ini ada dibawah




Foto saya bersama Ibu Purwati 



Ini adalah Ibu Purwati

Sekian wawancara saya dengan Ibu Purwati, apa bila ada kesalahan kata atau tulisan, yang tidak pantas  saya mohon maaf, terimakasih dan selamat membaca.


Monday, December 16, 2013

Alasan Mengapa Muslimah Harus Berhijab?


REPUBLIKA.CO.ID, Hijab secara harfiah artinya tabir, tirai, atau dinding. Di dalam syariat
Islam bermakna perlindungan wanita dari pandangan laki-laki yang bukan muhrimnya. Rasulullah SAW telah menerangkan bahwa wanita ialah aurat yang mesti dilindungi. Di dalam kehidupan sehari-hari, perwujudan dari perlindungan itu dapat berupa pemakaian jilbab.
Keharusan kaum wanita memakai jilbab tertera dalam surat an-Nur ayat 31, ''Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) tampak dari padanya. Dan, hendaklah mereka menutupkan kain kudung sampai ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.''
Menurut pakar tafsir, Dr Mukhlis Hanafi, ayat di atas bersifat umum. Berlaku tidak hanya pada masa Nabi Muhammad SAW, tetapi juga bagi seluruh umat Muslim di mana pun dan sampai kapan pun. ''Ayat itu jelas bersifat umum. Itu sudah menjadi kesepakatan banyak ulama. Yang menjadi perbedaan pendapat para ulama adalah batas-batas penutupan aurat,'' tuturnya.
''Para ulama dari Arab Saudi memandang bahwa penutupan aurat mencakup seluruh badan, termasuk wajah. Ulama lain berpendapat yang ditutupi seluruh badan kecuali muka dan telapak tangan. Sedangkan ulama bermazhab Hanafi lebih longgar lagi. Mereka membolehkan membuka anggota badan hingga di atas mata kaki dan lengan tangan,'' terangnya.
Ketentuan menjaga aurat ini juga tercantum dalam surat al-Ahzab ayat 59 yang artinya sebagai berikut, ''Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang Mukmin, hendaklah mereka menutup kepala dan badan mereka dengan jilbabnya supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan, Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.''


Sumber: http://www.republika.co.id/berita/humaira/samara/13/08/12/mreyc1-mengapa-muslimah-harus-berhijab